Refleksi 2016: Berburu yang Bukan Buku

Dari sekian banyak “resolusi” saya untuk tahun 2016, mungkin berburu proyek penerjemahan nonbuku menempati tempat teratas.

Bukan rahasia lagi, tarif penerjemahan nonbuku lebih menjanjikan ketimbang buku. Tapi keinginan saya mencemplung di nonbuku justru karena saya cinta sekali penerjemahan buku. Dalam bayangan saya, idealnya dengan mengerjakan dokumen yang secara ekonomi lebih menguntungkan, saya akan bisa lebih berkonsentrasi saat menerjemahkan buku dan menyuguhkan hasil terbaik kepada pembaca.

Karena itulah, selama tahun 2016 waktu saya cukup tersita untuk mencari klien di luar penerbit buku. Akibatnya, performa saya menurun, “hanya” menggarap tujuh buku, 4 editan dan 3 terjemahan, lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Tulisan berikut ini sama sekali bukan tentang tips mencari klien agensi penerjemahan (untuk selanjutnya disebut agensi saja), karena untuk itu masih banyak yang harus saya pelajari. Di sini saya hanya ingin berbagi apa saja yang sudah saya kerjakan selama ini.

Continue reading

CV Penerjemah, Perlu Dibuat Berbeda

Akhirnya, bisa menulis blog lagi setelah wira-wiri dengan urusan laptop 😀 Kali ini, saya ingin menulis tentang membuat curriculum vitae (CV) yang menarik bagi penerjemah pemula, atau bagi yang sudah lama bergelut di bidang ini namun ingin merapikan CV-nya. Pembahasan ini saya rangkum dari diskusi Temu Komp@k HPI pada 9 Februari 2013, dengan tema “Sukses Membangun dan Beralih Karier Menjadi Penerjemah/Juru Bahasa”. Narasumbernya tiga penerjemah berjam terbang tinggi, yaitu Wiyanto Suroso, Claryssa Suci Fong, dan Dita Wibisono.

Oh ya, Temu Komp@k kali ini istimewa, karena diadakan bertepatan dengan Peringatan HUT HPI Ke-39. Selain membahas tema di atas, Temu Komp@k ini juga menandai peluncuran Direktori Penerjemah/Juru Bahasa Indonesia, serta pengukuhan Penerjemah Bersertifikasi Nasional. Laporan pandangan mata acara ini sudah ditulis dengan apik oleh Mba Dina Begum di sini.

Kembali ke masalah CV penerjemah. Ketiga narasumber sependapat bahwa salah satu cara membangun karier sebagai penerjemah adalah membuat curriculum vitae (CV) atau resume sebagai alat pemasaran. Tidak bisa dipungkiri, promosi dari mulut ke mulut juga penting. Tetapi sebagai langkah awal, membuat CV yang baik sangat diperlukan.

Continue reading