Ramai-ramai Menggarap “The Darkest Minds”

blog-1
The Darkest Minds
, buku kesatu trilogi dengan judul yang sama karya Alexandra Bracken, bukanlah serial fantasi remaja pertama yang saya terjemahkan. Tapi buku ini cukup berkesan bagi saya, karena dalam penerjemahannya mau tak mau saya harus berdiskusi dengan beberapa orang, terutama Linda Boentaram, penerjemah buku keduanya. Pengerjaan kedua buku ini memang nyaris simultan.

Alexandra Bracken, penulis seri The Darkest Minds

Alexandra Bracken
Sumber: http://www.goodreads.com/

Awalnya saya sempat kurang yakin karena jadwal yang diatur penerbit cukup ketat. Tetapi setelah membaca sepintas bukunya, saya langsung jatuh cinta. Idenya amat menarik tentang ketakutan orang dewasa terhadap “penyakit” yang menimpa anak-anak dan akibatnya mereka mengurung anak-anak mereka sendiri di kamp untuk “direhabilitasi”. Ruby mungkin bukan tokoh favorit saya, tapi saya sangat senang tek-tok antara kedua sahabat yang ditemukannya dalam petualangan ini, Liam dan Chubs. Selain itu, gaya bercerita Bracken sangat mengalir dan mudah dinikmati. Saya pun memutuskan menerima pekerjaan ini.

Dalam prosesnya, saya chatting berkali-kali dengan Linda. Biasanya pembahasan kami seputar penyeragaman istilah, mulai dari yang memang ada di dunia nyata sampai istilah fiktif bikinan si penulis sendiri, serta selingkung penerbit. Ternyata diskusi tidak berlangsung sampai di situ. Begitu masuk tahap penyuntingan, Muthia Esfand, editor Fantasious yang bertanggung jawab atas buku ini, memperkenalkan saya kepada Abduraafi Andrian, yang akan mengeditnya. Proses diskusi berlanjut di dunia maya, kali ini ditambah Muthia dan Raafi, plus Silvero, editor untuk buku keduanya. Ramai dan seru!

Continue reading